Semarang
- Sri Hartati (37) warga desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes,
yang telah 13 tahun membuka usaha warteg (warung tegal), bersedia membagi pengalamannya. Ditemui di kediamannya di jalan Padi Raya 645
F, Perumahan Genuk Indah kemarin, Sri mengatakan bahwa ia sangat bersyukur karena
masih bisa mempertahankan usaha wartegnya selama 13 tahun.
Sri mengaku ia terpaksa
membuka warteg karena tidak punya keahlian lain selain memasak. Lagipula, usaha
warteg sudah merupakan warisan turun-temurun dari keluarganya.“ya Cuma ini sih yang
saya bisa, tapi kadang-kadang kalo lagi pulang kampong ya nyambi jualan di
pasar deket rumah”, ujarnya menggunakan bahasa Indonesia yang berlogat ngapak.
Tahun 2001, Sri dan suaminya,
Dirham, memberanikan diri merantau ke Semarang untuk membuka warteg. Ia menyewa
sebuah tempat di Perumahan Genuk Indah yang terus diperpanjang kontraknya hingga
saat ini. Dengan modal yang hanya 2 juta, usaha warteg yang mulai buka jam 6
pagi hingga jam 10 malam itu semakin meningkat. Dalam sehari, Sri bisa menghasilkan
keuntungan sekitar 1 sampai 1,5 juta rupiah.
Lokasi yang strategis dan
harga yang relative murah menjadikan wartegnya laris. Pembeli yang mayoritas adalah
mahasiswa, merasa “tertolong” karena bisa makan kenyang hanya dengan mengeluarkan
sedikit uang. “yang kaya gini baru kelas mahasiswa” ujar Ikfina (19), mahasiswi
FKIP Unissula sembari tertawa.
Ibu dari 3 anak ini menambahkan,
hal tersulit yang dialaminya adalah tidak bisa sering-sering mengunjungi anaknya
di rumah. “kangen anak mah pasti, tapi belakangan belum sempet pulang” katanya.
Ketiga anaknya di Brebes hidup dengan nenek mereka yang sudah renta. Mereka hanya
mengandalkan penghasilan dari Sri dan suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“ya semoga aja warteg ini
makin hari makin laris” doa Sri sebelum mengakhiri wawancara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar